TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Dosen :
Dr. Danang Tandyonomanu, M.Si
Disusun Oleh :
Annisa Wulandari
NIM : 137905017
PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2013
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini, E-learning menarik perhatian banyak kalangan, dan dipersepsikan sebagai salah satu bentuk sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh yang paling modern, canggih, dan ”feasible” khususnya Indonesia untuk dilaksanakan, jika suatu institusi memiliki infrastruktur dan konektivitas terhadap jaringan internet. Namun demikian, E-learning tidak harus selalu diasosiasikan dengan keterpisahan antara siswa dengan tenaga pengajar secara fisik lintas geografis. Karena pemanfaatan E-learning dapat mengembangkan pembelajaran tatap muka dalam perguruan tinggi konvensional untuk menjadi sistem pembelajaran yang fleksibel (Light & Cox, 2001).
Dirancang dengan sistematik, maka E-learning akan memperkaya pembelajaran konvensional dengan menyajikan fleksibilitas bagi siswa. E-learning yang dilaksanakan dalam kampus tertutup dapat meningkatkan akses terhadap pendidikan berkualitas, yaitu meningkatkan daya tampung dengan membuka akses perkuliahan melalui pembelajaran E-learning di samping pembelajaran tatap muka. Di samping itu, E-learning dapat juga menjadi perwujudan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh untuk menjadi sistem pembelajaran fleksibel yang dapat menyediakan pemerataan akses terhadap pendidikan berkualitas. Bagi pengelola pendidikan, E-learning dipersepsikan akan dapat memberikan alternatif yang dapat mengatasi masalah kekurangan tempat (space) dan sumberdaya manusia (dosen dan karyawan). Selanjutnya pengelola berharap, dengan E-learning, tentunya akses terhadap pendidikan yang ditawarkan menjadi semakin terbuka, dan peningkatan pendaftaran siswa akan terjadi. Bagi dosen, E-learning dipersepsikan dapat membantu dosen untuk mendistribusikan materi perkuliahan, sehingga dapat menghemat waktu dosen dengan cara mentransfer materi perkuliahan ke dalam bentuk digital. Selain itu, dosen juga sangat menyadari bahwa internet, sebagai bagian dari E-learning, merupakan sumber yang potensial untuk memperoleh beragam sumber belajar otentik sehingga memungkinkan terjadi interaksi ilmiah yang lebih intensif dan kaya. Bagi siswa, elearning dipersepsikan memiliki fleksibilitas yang mempermudah mereka untuk terlibat dalam proses belajar melintasi garis ruang dan waktu.
Sekalipun dipersepsikan cukup banyak manfaat dari E-learning, prakondisi institusional dan perubahan tradisi pembelajaran perlu menjadi perhatian agar dapat diselenggarakan E-learning yang efektif dan efisien. Tidak dapat disangkal, E-learning merupakan salah satu pilihan pembelajaran masa depan yang sangat menjanjikan dan pada saat ini seakan menjadi indikator upaya pembaharuan di perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang tidak ikut serta dalam memanfaatkan E-learning dipersepsikan akan segera tertinggal dan kehilangan kredibilitasnya.
RUMUSAN MASALAH
- Penerapan E-Learning di Indonesia. Apa yang menjadi kendala dan kemungkinan yang muncul. Jelaskan kendala dan kemungkinan tersebut, dan bagaimana mengatasi dan mengoptimalkan pelaksanaan E-Learning jika diterapkan di Indonesia ?
- Interaksi merupakan bagian yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pemanfaatan E-Learning, interaksi yang muncul di antara peserta pembelajaran menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana mengoptimalkan aspek interaksi sehingga semua aspek interaktivitas pada pembelajaran tatap muka (face-to-face) dapat tercapai ?
- Mengapa pendidikan perlu mempertimbangkan E-Learning? Bagaimana dengan ilmuan teknologi menyikapi hal ini?
- Pemanfaatan E-Learning ditengarai akan menyebabkan perilaku menyendiri tidak mau bersosialisasi dengan orang lain di lingkungannya. Bagaimana upaya teknolog pembelajaran dalam mengatasi kemungkinan tersebut?
PEMBAHASAN
1. Kendala dan kemungkinan yang muncul dalam penerapan E-Learning di Indonesia :
-Biaya
Banyak orang atau instansi-instansi pendidikan belum bisa menggunakan sistem pembelajaran ini karena masalah biaya. Dari membeli peralatan sampai pengoperasiannya.
-Internet mahal
Untuk menggunakan internet masih membutuhkan biaya yang kurang bisa dijangkau oleh semua pihak.
-Belum tersedianya hotspot di semua instansi pendidikan
Untuk alasan tertentu, seperti biaya memang belum banyak instansi-instansi pendidikan yang bisa menyediakan hotspot.
-Belum tercukupinya media pendukung seperti PC, laptop, LCD, dll
Sarana yang dibutuhkan untuk menggunakan E-Learning ini di beberapa tempat belum mencukupi sehingga menjadi kendala bagi terlaksananya E-Learning di Indonesia.
-Belum siapnya SDM yang kita miliki
SDM di sini meliputi pengajar dan siswa/mahasiswa. Masih banyak pengajar, terutama pengajar yang lama belum bisa menggunakan E-Learning dalam pembelajaran karena mereka memang belum pernah mengenal apa itu E-Learning dan karena sudah lamanya mereka menggunakan sistem klasik ini. Dari siswa/mahasiswanya pun masih banyak yang belum bisa menggunakan E-Learning secara maksimal. Hal itu karena mereka masih menggunakan cara klasik yang diajarkan oleh guru mereka sebelumnya.
-Sistem pendidikan yang belum berbasis E-Learning
Belum banyak instansi-instansi pendidikan di Indonesia yang berbasis E-Learning, sehingga banyak juga yang belum bisa merasakan E-Learning ini.
Optimalisasi Penerapan E-Leraning di Indonesia :
-Untuk masalah biaya penggunaan internet, sebaiknya pemerintah dan perusahaan-perusahaan telekomunikasi membuat suatu kesepakatan untuk menyediakan layanan internet murah terutama untuk bidang pendidikan. Kalau bisa gratis lebih baik. Atau bisa juga dengan meyediakan hotspot bagi sekolah-sekolah atau perguruan tinggi-perguruan tinggi yang belum memilikinya. Karena salah satu kendala belum bisa terlaksananya E-Learning secara maksimal adalah masalah biaya penggunaan internet. Jika pemerintah dan perusahaan telekomunikasi berhasil membuat kesepakatan itu, E-Learning akan menjadi lebih mudah dilaksanakan di Indonesia. Yang tentunya sangat bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia yang imbasnya bisa sampai ke segala bidang seperti teknologi, sosial, budaya, dll.
-Untuk masalah pengadaan media untuk pelaksanaan E-Learning seperti PC, laptop, LCD, dll, sebaiknya pemerintah menyediakan dana untuk sekolah-sekolah atau perguruan tinggi-perguruan tinggi yang membutuhkan dana untuk pengadaan media untuk E-Learning.
-Untuk masalah SDM, sudah seharusnya pemerintah atau instansi-instansi pendidikan mengadakan sosialisasi tentang E-Learning. Untuk pengajar, bisa dilakukan diklat mengenai penggunaan E-Learning dalam pembelajaran, sehingga staf pengajar sudah siap untuk melaksanakan sistem baru ini. Untuk siswa, seharusnya mereka dikenalkan dengan E-Learning sejak dini, agar besok di jenjang yang lebih tinggi sudah terbiasa dengan sistem ini.
-Anggaran 20% untuk pendidikan segera dilaksanakan. Kalau bisa lebih tinggi, itu lebih baik. Karena anggaran yang semakin besar untuk pendidikan, berbanding lurus dengan kualitas pendidikan. Semakin tersedia sarana dan prasarana pendidikan, semakin baik kualitas pendidikan.
-Pemerintah bisa juga membuat kesepakatan dengan negara lain untuk dimintai bantuan. Terutama negara-negara yang sudah berhasil dalam pelaksanaan E-Learning. Karena kesuksesan negara-negara tersebut dapat kita contoh untuk menyukseskan pelaksanaan E-Learning di Indonesia.
2. Untuk dapat mengoptimalisasikan aspek interaksi agar tercapainya semua aspek interaktivitas dalam pembelajaran tatap muka (face to face), maka diperlukan adaptasi selektif dari materi perkuliahan konvensional menjadi materi dalam E-Learning, serta perancangan interaksi dan keterkaitan antar materi perkuliahan dengan siswa dan dosen berdasarkan prinsip-prinsip e-pedagogy.
Untuk dapat mengoptimalkan interkasi E-Learning, siswa dapat memperoleh bantuan belajar dalam bentuk interaksi yang difasilitasikan secara elektronik, yaitu :
-Belajar berbantuan komputer (computer assisted learning, atau interactive web pages)
-Belajar berbantuan tenaga pengajar secara synchronous (dalam titik waktu yang sama), maupun asynchronous (dalam titik waktu yang berbeda)
-Belajar berbantuan sumber belajar lain seperti teman dan pakar melalui surat elektronik (e-mail), diskusi (chat-room), perpustakaan (melalui kunjungan ke situs-situs basis informasi yang ada dalam jaringan internet).
-Di samping itu, siswa juga memiliki catatan-catatan pribadi dalam note-book. Penilaian hasil belajar mahasiswa (web-based evaluation) juga dapat dilakukan secara terbuka melalui komputer kapan saja mahasiswa merasa siap untuk dinilai (atau embedded / terintegrasi dalam virtual course).
Adapun dalam pembelajaran interaksi yang melibatkan siswa (Anderson & Elloumi, 2004) yaitu :
-Interaksi siswa-siswa : secara tradisional, interaksi siswa-siswa terjadi pada distance learning (pembelajaran jarak jauh). Karena keterbatasan tersedianya teknologi. Interaksi tersebut memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak dalam berbagai bentuk dalam pemahaman materi pembelajaran. Hal ini juga memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan interpersonal, dan mendapatkan pengetahuan dari komunitas seperti halnya dalam pendidikan formal.
-Interaksi siswa-konten : interelasi siswa-konten merupakan interaksi paling penting dalam pendidikan, seperti dalam pembelajaran tatap muka maupun mempelajari dengan membaca buku dari perpustakaan. Teknologi berbasis WEB sangat menunjang interaksi siswa-konten, dan mewujudkan beberapa kegiatan seperti latihan dalam laboratorium virtual dan tutorial online.
-Interaksi siswa-pengajar : interaksi siswa-pengajar dimungkinkan dalam online learning dalam berbagai bentuk dan format, termasuk komunikasi asynchronous dan synchronous menggunakan teks, audio, dan video. Fasilitas tersebut meningkatkan komunikasi antara siswa dan pengajar, sehingga harapan siswa dapat segera dijawab oleh pengajar.
3. Pesatnya perkembangan IT (ilmu teknologi), khususnya Internet, memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam bidang pendidikan. Pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga tersedia layanan informasi yang lebih baik untuk peserta didik. Layanan pendidikan dapat dilaksanakan melalui sarana internet, misalnya E-Learning. E-Learning mempunyai banyak keunggulan dan kemudahan dalam hal pengembangan pendidikan, Sekalipun dipersepsikan cukup banyak manfaat dari E-Learning, prakondisi institusional dan perubahan tradisi pembelajaran perlu menjadi perhatian agar dapat diselenggarakan E-Learning yang efektif dan efisien. E-Learning mempunyai alasan mengapa perlunya diterapkan dalam dunia pendidikan antara lain :
-Standar kualitas dan kompetensi.
Pernahkah terbayang oleh Anda ketika harus memberikan materi pelatihan kepada beberapa kelas peserta yang berbeda? Kemungkinan kualitas materi yang Anda sampaikan tidak 100% sama antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Studi kasus yang teringat pada kelas A belum tentu teringat dan disampaikan di kelas B. Begitu pula dengan pengalaman-pengalaman penting terkait aplikasi materi, ada pengalaman yang teringat dan disampaikan tapi tidak diberikan di kelas C karena terlupa. E-Learning memberikan solusi ketika kualitas materi yang Anda berikan pada seluruh kelas memiliki standar yang sama. E-Learning merangkum dan mempersembahkan kualitas dan kompetensi yang sama bagi seluruh pebelajar.
-Cakupan Geografis yang lebih Luas
Luasnya wilayah geografis suatu negara terkadang menjadi kendala para peserta belajar untuk mendapatkan pembelajaran yang berkualitas. E-Learning memberikan kesempatan bagi pebelajar yang berada jauh dari pusat pendidikan atau pelatihan.
-Monitoring Efektivitas Program
Ketika pebelajar diberikan kesempatan untuk bebas belajar, para penyelenggara diklat biasanya mengkhawatirkan bagaimana monitoring dilakukan. Proses monitoring bukan tidak mungkin dilakukan pada pembelajaran E-Learning. Justru boleh dibilang E-Learning membuka kesempatan monitoring yang lebih efektif, efisien dan terbuka. Banyak management system E-Learning yang mengakomodasi monitoring dengan cukup baik. Tidak hanya sekedar menampilkan score keberhasilan pembelajaran, management system juga dapat memberikan kesempatan penyelengara untuk melihat aktivitas pembelajaran yang terjadi. Dalam rincian hari, jam hingga durasi pembelajaran yang dilakukan.
-Biaya Pelatihan yang lebih Ekonomis
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan menghabiskan dana yang tidak sedikit. Terlebih materi yang disampaikan adalah materi berulang untuk peserta yang cukup banyak. Dengan penggunaan E-Learning, biaya kudapan, akomodasi (jika penyelenggaraan mengundang peserta dari daerah yang berbeda), dan biaya-biaya lainnya dapat diminimalisir.
-Waktu Pelatihan yang Tidak Terbatas
E-Learning memberikan kesempatan pembelajar agar dapat belajar dimana saja dan kapan saja. Kesempatan belajar yang tidak terbatas ini biasanya diiringi dengan pengkondisian agar terbentuknya jiwa pebelajar yang disiplin dan kritis. Disiplin dalam artian dia mempelajari seluruh materi yang diberikan dan kritis dalam menggali atau mendalami pemahamannya akan materi tersebut.
-Jumlah Peserta yang Lebih Banyak
Jumlah peserta yang banyak terkadang menjadi kendala dalam penyelenggaraan diklat. Kurangnya tempat atau keterbatasan pemberi materi, membuat tidak dimungkinkannya jumlah peserta yang banyak diakomodir. Dengan E-Learning jumlah peserta yang banyak dapat diakomodir dengan mudah. Jumlah peserta diklat yang cukup banyak dapat mempelajari materi diklat secara bersamaan.
Dari penjelasan inilah yang membuat pemikiran bahwa pendidikan harus mempertimbangan penerapan E-Learning.
Ilmuan teknologi menyikapi hal ini :
Definisi Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis yang memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses teknologi dan sumber daya yang tepat.
Semua usaha dalam teknologi pendidikan ditujukan untuk memfasilitasi dan memecahkan masalah belajar peserta didik. Usaha-usaha tersebut terdiri dari pengelolaan, pengembangan sistem pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar. Berdasarkan pada pengertian pengembangan pembelajaran, maka diperlukan minimal 4 kriteria yang harus dipenuhi dalam model pembelajaran yaitu : (1) mempunyai tujuan, (2) keserasian dengan tujuan, (3) sistemik, (4) berpedoman pada evaluasi. Untuk merancang pembelajaran diperlukan sebuah pendekatan, agar memudahkan instructional designer merancang dan mengembangkan sebuah proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien.
Menurut Rosenberg (2001) E-Learning merupakan pembelajaran menggunakan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas dengan kriteria sebagai berikut:
-E-Learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendisribusi dan membagi materi ajar atau informasi.
-Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar.
-Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.
Jadi, relevan jika pendidikan harus mempertimbangan penerapan E-Learning untuk memanfaatkan teknologi sebagai pemecahan masalah belajar dalam pendidikan.
4. Salah satu cara untuk mengatasi hal masalah terisolasinya siswa dan meningkatkan upaya sosialisasinya siswa terhadap orang lain di lingkungannya adalah diperlukan perancangan proses pembelajaran E-Learning yang kreatif, yang mengakomodasikan interaksi sosial secara virtual. Salah satu strategi yang dilakukan oleh dosen adalah merancang interaksi sosial sebagai salah satu komponen wajib dalam perolehan nilai akhir. Hal ini mengharuskan semua siswa terlibat dalam interaksi sosial. Walaupun terpaksa, dengan kewajiban interaksi sosial ini, siswa tidak terisolasi, dan komunitas belajar dapat terbentuk. Jika siswa sudah merasakan manfaat dari aktivitas yang awalnya menjadi keharusan, siswa akan dengan sendirinya terlibat dalam interaksi sosial, tanpa keharusan lagi. Interaksi sosial ini juga memberikan wawasan kepada siswa tentang persepsi mereka yang mungkin salah, yang didukung dan dihargai siswa atau nara sumber lain, atau yang dibantu diperbaiki oleh siswa lain. Dengan demikian, siswa memperoleh motivasi untuk berani mengemukakan pendapat. Mengingat manfaat yang luar biasa dari interaksi sosial, perancangan interaksi sosial dan diskusi kelompok menjadi komponen penting dalam pengembangan E-Learning.
Daftar pustaka :
Sutopo, Ariesto Hadi.2012.Teknologi Informasi dan Komunikasi (Edisi pertama).Yogyakarta ; Graha Ilmu.
Juwah, Charles.2006.interaction in online education. Routledge, Canada.
Ahmed.2008. Masalah Penerapan E-Learning di Indonesia. Diambil pada hari Kamis 5 Desember 2013. Dari http://mycoolworld-ahmedblog.blogspot.com/2008/07/masalah-penerapan-E-Learning-di.html
Ahmed.2008.Ide-ide untuk Solusi Masalah E-Learning di Indonesia. Diambil pada hari Selasa 3 Desember 2013.Dari http://mycoolworld-ahmedblog.blogspot.com/2008/07/ide-ide-untuk-solusi-masalah
E-Learning.html.
Trucuk,2009.Penerapan IT dalam Pembelajaran : Kendala dan Solusinya. Diambil pada hari Selasa 3 Desember 2013. Dari http://E-Learningsmkn1trucuk.wordpress.com/2009/07/15/ html.
Trucuk, 2008.Penerapan IT dalam Pembelajaran : Kendala dan Solusinya.Diambil pada hari Selasa 3 Desember 2013. Dari http://teknologipendidikan.net/wp content/uploads/2008/08/paulinapanen_e
learning_antara_mitos_dan_realita.pdf